Sebuah studi baru
menunjukkan bahwa media sosial dapat memberikan tekanan yang lebih dahsyat
terhadap para remaja dibandingkan dari teman sebayanya.
Tim peneliti dari University of Southern di Amerika Serikat (AS) mengatakan, para remaja yang melihat foto teman-temannya yang sedang berpesata dan meneguk minuman beralkohol akan lebih mungkin terpengaruh untuk ikut mencobanya.
“Hal ini membuktikan bahwa perilaku teman-teman di dunia maya dianggap lebih banyak membawa pengaruh atau menstimulasi seseorang dibanding di dunia nyata,” ungkap perwakilan dari tim peneliti, sebagaimana dilansir dari the independent
Menurut para ilmuwan, hal ini masuk akal mengingat kebiasaan orang masa kini yang selalu meng-update kegiatan mereka. Itu jugalah yang menyebabkan para remaja suka mengecek news feed untuk tetap update mengenai kegiatan teman-temannya, terutama jika sedang berada dalam sebuah pesta.
Fenomena sosial ini disebut sebagai Fear of Missing Out (FoMO). Peneliti menjelaskannya sebagai sebuah konsep di mana orang khawatir ketinggalan informasi terbaru seputar kehidupan teman-temannya dan mereka mungkin mengalami hal yang lebih menyenangkan dari dirinya.
Peneliti memfokuskan studinya ini untuk menghubungkan FoMO di kalangan remaja dengan tingkat depresi atau kecemasan yang ditimbulkannya. Hasilnya, apapun kegiatan hedonis teman-teman para remaja yang di-posting ke jejaring sosial (Facebook, Twitter, MySpace, dan Instagram) memegang pengaruh yang lebih kuat terhadap memicu seseorang mencicipi hal-hal yang kurang baik.
Terlebih, dengan kapasitas untuk terus-menerus memeriksa teman-teman, semakin menyebabkan diri untuk membanding-bandingkan satu sama lain.
Tim peneliti dari University of Southern di Amerika Serikat (AS) mengatakan, para remaja yang melihat foto teman-temannya yang sedang berpesata dan meneguk minuman beralkohol akan lebih mungkin terpengaruh untuk ikut mencobanya.
“Hal ini membuktikan bahwa perilaku teman-teman di dunia maya dianggap lebih banyak membawa pengaruh atau menstimulasi seseorang dibanding di dunia nyata,” ungkap perwakilan dari tim peneliti, sebagaimana dilansir dari the independent
Menurut para ilmuwan, hal ini masuk akal mengingat kebiasaan orang masa kini yang selalu meng-update kegiatan mereka. Itu jugalah yang menyebabkan para remaja suka mengecek news feed untuk tetap update mengenai kegiatan teman-temannya, terutama jika sedang berada dalam sebuah pesta.
Fenomena sosial ini disebut sebagai Fear of Missing Out (FoMO). Peneliti menjelaskannya sebagai sebuah konsep di mana orang khawatir ketinggalan informasi terbaru seputar kehidupan teman-temannya dan mereka mungkin mengalami hal yang lebih menyenangkan dari dirinya.
Peneliti memfokuskan studinya ini untuk menghubungkan FoMO di kalangan remaja dengan tingkat depresi atau kecemasan yang ditimbulkannya. Hasilnya, apapun kegiatan hedonis teman-teman para remaja yang di-posting ke jejaring sosial (Facebook, Twitter, MySpace, dan Instagram) memegang pengaruh yang lebih kuat terhadap memicu seseorang mencicipi hal-hal yang kurang baik.
Terlebih, dengan kapasitas untuk terus-menerus memeriksa teman-teman, semakin menyebabkan diri untuk membanding-bandingkan satu sama lain.
Berikut ini adalah dampak negatif sosial
media terhadap remaja.
- Remaja menjadi kecanduan untuk menggunakan jejaring sosial tanpa tahu waktu. Kebanyakan apabila seorang remaja menggunakan jejaring sosial, mereka bisa saja berjam-jam untuk menggunakannya.
- Remaja menjadi malas berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu. Jika remaja tersebut terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya.
- Situs jejaring sosial akan membuat remaja lebih mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan di sekitar mereka, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet. Hal ini dapat mengakibatkan menjadi kurang berempati di dunia nyata.
- Menjadikan seorang remaja menjadi malas belajar karena sering menggunakan jejaring sosial untuk bermain game yang ada di situs tersebut. Facebook menyediakan layanan game yang membuat remaja menjadi kecanduan game.
- Menyebabkan kurangnya sopan santun remaja saat ini. Dengan adanya media sosial, semakin banyak para remaja yang menggunakan bahasa yang tidak sepantasnya. Dan bagi remaja yang masih polos, tentu akan menganggap bahwa bahasa tersebut adalah bahasa modern anak zaman sekarang.
Menurut saya pribadi
dampak positif dan negatif sosial media di atas tidak akan terjadi apabila
remaja itu pandai memanfaatkan sosial media tersebut dengan baik dan benar.
Selain remaja itu sendiri yang bisa mengaturnya namun lingkungan juga bisa
menjadi faktor penting mendorong remaja dan dampak yang di dapatkan.
No comments:
Post a Comment